
Isu catatan dugaan gratifikasi dan suap dari pengusaha Basuki Hariman yang tengah bermasalah di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyeret Kapolri Jendral Tito Karnavian.
Isu tersebut, dinilai tidak lain bertujuan untuk menggulingkan Tito dari kursi orang nomor satu di korps Bhayangkara tersebut.
Demikian disampaikan anggota Komisi III Masinton Pasaribu, Minggu (14/10/2018).
Menurutnya, isu tersebut tidak lepas dari skenario permainan politik untuk mendorong percepatan suksesi kepemimpinan di institusi Kepolisian.
“Target utamanya adalah untuk mengganti Jenderal Polisi Tito Karnavian sebagai Kapolri,” hemat Masinton.
Isu korupsi dan suap itu, disebutnya sebagai pembusukan, yang memang cukup ‘seksi’ untuk dilempar ke publik.
Alasannya, Tito dinilai berhasil dan diakui dunia internasional dalam penanganan kasus terorisme.
“Saya membacanya sebagai permainan kolaborasi segitiga, saling tiktok melempar isu,” jelasnya.
“Kolaborasi ini melibatkan kelompok pressure group, oknum sempalan di KPK dan oknum jenderal di Mabes Polri yang ngebet jadi Kapolri,” bebernya.
Kelompok pressure group itu, lanjut dia, memainkan publikasi isu melalui Indonesialeaks.
Material isu utamanya disuplai dari oknum sempalan penyidik KPK dengan kasus gratifikasi impor daging.
Yakni yang melibatkan Basuki Hariman sebagai pemilik CV Sumber Laut Perkasa, tersangka KPK dalam kasus suap kepada mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Patrialis Akbar.
“Oknum jenderal yang baru dilantik sebagai pejabat bintang tiga di Mabes Polri ini kasak-kusuk membangun lobi vertikal dan sembari membangun pencitraan sebagai Jenderal Polisi yang bersih dan berintegritas,” imbuh Masinton.
Padahal, jelasnya, pimpinan KPK bahkan setahun lalu sudah berkali-kali menjelaskan ke media dan juga di Komisi III DPR.
Yakni mengenai ketidakakuratan informasi tentang catatan penerima aliran dana kasus suap impor daging.
Bahkan Basuki Hariman sebagai tersangka dalam penjelasannya di persidangan pengadilan Tipikor telah membantah adanya catatan suap ke pejabat kepolisian.
Menyikapi kembali digulirkannya isu tersebut, Masinton menyarankan dilakukannya penyelidikan.
Hal ini sekaligus sebagai warning bagi pihak yang ingin melakukan pembunuhan karakter menggunakan isu-isu sesat, salah satunya dengan tudingan korupsi.
“Kepolisian harus melakukan penyelidikan atas penyebaran isu ini,”
“Jika dibiarkan, ke depannya pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab akan dengan mudah secara sepihak melakukan pembunuhan karakter terhadap orang lain yang dianggap sebagai rival dengan menggunakan isu korupsi,” pesannya.
SUMBER
