Bencana likuifaksi di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, menyebabkan ribuan warga di daerah itu tewas ditelan bumi.
Banyak jasad korban yang hingga kini tidak ditemukan tim evakuasi dan terpaksa tidak dikuburkan secara layak.
Sejak Kamis (11/10/2018) lalu, pencarian korban bencana tersebut pun resmi dihentikandi.
Kendati, diyakini masih banyak jasad korban yang tertimbun lumpur dan belum dievakuasi.
Meski tak pasti, warga setempat menyebut, ada sekitar 6.000-7.000-an korban belum dievakuasi.
Salah seorang warga Petobo, Salih (42) pun bersedia membeberkan kondisi di Petobo yang cukup menyeramkan, utamanya pada malam hari.
Bahkan dua hari setelah bencana terjadi, suasana di Petobo sangat mencekam.
“Setiap malam terdengar suara anjing yang menggonggong panjang dan lama. Belum lagi banyak suara burung hantu. Memang menyeramkan,” kata dia kepada PojokSatu.id, Minggu (14/10/2018).
Pria yang karib disapa Chalik itu menyebut, banyak warga yang datang ke Petobo.
Selain mereka mencari keluarganya yang hilang, ada juga orang luar daerah yang bermaksud menjarah barang berharga di reruntuhan rumah.
“Pernah ada penjarah yang hampir saja babak belur dihajar massa. Karena ketahuan masuk ke Petobo, mengambil motor dan laptop.” tuturnya.
Beruntung, warga mengenali bahwa motor tersebut adalah milik salah seorang warga di Petobo.
“Tapi ketika mau keluar, kami kenali motor yang dipakai. Untungnya amarah warga bisa dicegah dan pelaku langsung diserahkan ke polisi,” jelasnya.
Di malam hari pun, lanjut Chalik, kerap ada warga dari luar wilayah Petobo hendak masuk mencari barang-barang berharga.
“Kalau ada yang mau masuk, saya silakan saja. Ujung-ujungnya juga mereka keluar dengan tangan kosong,” katanya.
Pasalnya, tak jarang pula sebagian besar dari mereka yang lari terbirit-birit.
“Malah ada yang mengaku diganggu makhluk halus di dalam (Petobo),” tutur Chalik yang setiap malam berjaga di pintu masuk kawasan Petobo.
Makanya saat ini sudah jarang, malah nyaris tidak ada lagi warga yang mau masuk ke Petobo di malam hari.
“Termasuk para penjarah itu. Sepertinya mereka juga ketakutan,” ujarnya.
Ketika Pojoksatu.id mencoba memasuki wilayah Petobo, Jumat (12/8/2018) malam lalu, suasana memang terasa cukup mencekam.
Gelap gulita dan sunyi senyap. Sesekali keheningan terpecah oleh suara anjing yang menggonggong.
Sebuah mobil dengan kondisi ringsek akibat gempa dan likuifaksi, menjadi saksi bisu di jalan masuk Petobo.
Kata warga setempat, di dalam mobil itu sering terlihat penampakan perempuan berambut panjang dan berjubah putih.
“Katanya begitu, tapi saya belum pernah melihat. Warga lain yang bilang,” katanya.
PojokSatu.id mencoba masuk ke dalam area yang sama sekali tak memiliki penerangan itu.
Berbekal senter yang cukup besar sebagai penerangan, PojokSatu.id menelusuri jalanan yang sudah tak berbentuk itu bersama Chalik.
Kanan-kiri, bangunan rumah porak-poranda. Tak ada suara. Bahkan serangga malam sekalipun.
Gelap, sunyi-senyap. Benar-benar gelap dan sunyi.
Lampu penerangan lain hanya didapat dari lampu mobil yang kebetulan melintas. Itupun samar.
Aura mistis sudah cukup terasa saat memasuki permukiman yang kini sudah rata dengan tanah itu.
Lampu senter memang bisa menembus gelapnya malam cukup jauh. Sampai ke kawasan yang terdampak likuifaksi atau tanah gerak.
Tak ada apapun. Hanya tanah lumpur yang bercampur dengan reruntuhan bangunan yang bisa ditangkap lampu senter.
Sekitar 20 meter mendekati kawasan lukuifaksi, bulu kuduk mendadak berdiri. Aura-nya semakin kuat.
Sampai bangunan rumah terakhir paling ujung dan menjadi pemisah dengan kawasan likuifaksi, kaki seperti sudah teramat berat melangkah.
Ditambah, bulu kuduk berdiri tiada henti dan merinding di sekujur tubuh.
Sampai di batas itu, Chalik mengajak PojokSatu.id, kembali dan tak meneruskan perjalanan itu.
“Lebih baik kita kembali saja,” ajaknya.
“Ada ribuan jasad di sini. Biarkan mereka tenang, biarpun tidak dikuburkan dengan layak,” tutupnya.
SUMBER