NUSANEWS - Massa yang tergabung dalam Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) menggelar demo di depan Polresta Surakarta, Jumat (24/5).
DSKS menuntut Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto dan Kapolri Tito Karnavian mundur gara-gara aksi 21-22 Mei di depan kantor Bawaslu, DKI Jakarta, rusuh dan menelan korban jiwa.
Juru bicara DSKS Endro Sudarsono mengatakan rusuh di aksi tersebut menjadi bukti aparat gagal menangani demonstran.
”Sehingga kejadian ini menyebabkan delapan orang tewas dalam aksi rusuh ini. Selain itu, lebih dari 600 orang luka-luka,” ucap Endro saat ditemui di sela aksi, Jumat (24/5).
DSKS menganggap aparat bersikap represif menangani demonstran. Bahkan, kata Endro, DSKS menerima informasi bahwa aparat juga menyerang petugas medis.
”Aparat memukuli petugas relawan kemanusiaan dari Dompet Dhuafa. Itu menyalahi aturan, baik aturan secara nasional maupun secara internasional,” ucapnya.
Untuk itu DSKS menuntut Menkopolhukam Wiranto, Kapolri Tito Karnavian, dan Kapolda Metro Jaya mundur dari jabatannya.
”Tuntutan ini kami layangkan karena merekalah yang bertanggungjawab atas pencegatan hingga pembubaran massa aksi di Bawaslu,” ucapnya.
DSKS juga meminta Komnas HAM turun tangan melakukan investigasi atas kejadian ini. Aparat, kata Endro, menggunakan peluru tajam sehingga menimbulkan korban jiwa.
Simpatisan DSKS juga berangkat ke aksi 21 Mei di Jakarta secara individu tanpa berombongan. DSKS menyebut simpatisan mereka tak ada yang menjadi korban saat rusuh.
Aksi DSKS di depan Polresta Surakarta dimulai pada 16.00 WIB. Mereka berorasi menggunakan mobil komando di gerbang Polresta. Aksi berlangsung hingga azan Magrib dan dilanjutkan berbuka puasa bersama serta salat gaib bagi korban jiwa saat rusuh.
SUMBER