NUSANEWS - Presiden Joko Widodo sempat mengeluh saat berpidato di hadapan pejabat Kemenristekdikti dan 112 rektor Perguruan Tinggi Negeri, Rabu (10/10). Jokowi heran mengapa hingga saat ini baru ada 3 PTN yang masuk 500 besar perguruan tinggi negeri terbaik di dunia.
"Coba kita sudah berapa puluh tahun, hanya tiga universitas yang masuk 500 besar? Terus respons dong. Karena proses manajemen atau proses yang lain?" kata Jokowi di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (10/10).
Jokowi kemudian meminta pejabat Kemenristekdikti dan rektor PTN untuk berbenah dengan cepat. Sebab, kunci keberhasilan adalah kecepatan untuk berubah, termasuk dalam dunia pendidikan.
"Yang besar sekarang ini belum tentu mengalahkan yang kecil. Kecepatan menjadi kunci, yang dinamis mengalahkan yang statis. Kalau kita masih nyaman-nyaman seperti ini terus, tidak merespons dinamika yang ada, ya sudah berarti ditinggal," lanjut dia.
Lebih lanjut, Presiden menekankan fakultas serta program studi di universitas juga harus tanggap terhadap tantangan dan peluang yang ada. Jokowi kemudian mempertanyakan mengapa fakultas yang ada di universitas masih konservatif.
Padahal, ia beberapa kali sudah meminta adanya fakultas baru yang lebih sesuai dengan perkembangan terkini.
"Ini sudah saya ulang-ulang lho. Ini sudah tiga tahun saya tunggu lho. Sebelum saya mengeluarkan kebijakan yang drastis saya menunggu bapak, ibu sekalian untuk merespons ini. Jangan sampai top down, ndak. Saya tunggu bottom up," ucap Jokowi.
Sebelumnya pemeringkatan dilakukan oleh Quacquarelly Symonds (QS) World University Ranking 2017/2018 terhadap lebih dari 959 perguruan tinggi di 84 negara di dunia. QS University Ranking merupakan pemeringkatan resmi yang dijadikan acuan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI untuk mengukur kualitas kelembagaan perguruan tinggi di Indonesia menuju World Class University.
Berdasarkan rilisnya yang terakhir pada Juni 2017, ada 3 PTN yang masuk 500 besar di dunia yaitu, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada.
SUMBER
